Oleh: admindojo
---
Pendahuluan
Di tengah hiruk-pikuk olahraga modern, bela diri tradisional seperti Shorinji Kempo justru menemukan ruangnya untuk bertahan—bahkan berkembang. Salah satu buktinya ada di Kelurahan Airnona, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), di mana sebuah dojo sederhana di SD GMIT Airnona 1 menjadi pusat latihan bagi puluhan murid yang antusias mempelajari seni bela diri asal Jepang ini.
Tapi bagaimana ceritanya Shorinji Kempo, yang lahir di kota kecil Jepang, bisa sampai ke pelosok NTT? Siapa sosok di balik penyebarannya? Dan mengapa dojo di Airnona ini layak dapat perhatian?
Artikel ini akan menelusuri sejarah Shorinji Kempo di Indonesia, peran Sensei Barnabas nDjurumana sebagai pionir di NTT, serta dinamika Perkemi (Persaudaraan Shorinhji Kempo Indonesia) di provinsi ini. Simak kisah lengkapnya!
---
Shorinji Kempo: Bela Diri yang Lahir dari Puing Perang Dunia II
Sebelum sampai ke Indonesia, Shorinji Kempo punya sejarah unik. Diciptakan oleh Doshin So pada 1947 di Kota Tadotsu, Jepang, bela diri ini terinspirasi dari Shaolin Kung Fu yang dipelajarinya di China.
Pascaperang, Jepang dalam kondisi porak-poranda. Doshin So melihat bahwa pemulihan mental dan fisik generasi muda harus dimulai dari disiplin diri. Dari situlah ia meramu Shorinji Kempo—gabungan teknik bela diri, filosofi Zen, dan prinsip "separuh untuk diri sendiri, separuh untuk orang lain".
Fun fact: Nama "Shorinji" adalah pelafalan Jepang untuk "Shaolin", sementara "Kempo" berarti "seni tinju". Jadi, Shorinji Kempo bisa diartikan sebagai "Seni Tinju Shaolin".
---
Masuknya Shorinji Kempo ke Indonesia
Shorinji Kempo pertama kali masuk Indonesia pada 1966, dibawa oleh mahasiswa Indonesia yang belajar di Jepang. Salah satunya adalah Sensei Indra Kartasasmita, yang kemudian mendirikan Perkemi pada 2 Februari 1966.
Perkemi menjadi wadah resmi Shorinji Kempo di Indonesia dan diakui oleh World Shorinji Kempo Organization (WSKO). Olahraga ini cepat menyebar, terutama di Jawa dan Sumatera, sebelum akhirnya merambah ke wilayah Timur Indonesia—termasuk NTT.
---
Sensei Barnabas nDjurumana: Sang Pembawa Kempo ke NTT
Jika di Jawa ada Sensei Indra Kartasasmita, di NTT ada Sensei Barnabas nDjurumana—sosok kunci yang membawa Shorinji Kempo ke tanah Flobamora.
Awal Mula Perjalanan
Barnabas nDjurumana pertama kali mengenal Shorinji Kempo saat menempuh pendidikan di Jawa pada tahun 1970-an. Terpesona oleh filosofi dan tekniknya, ia mendalami bela diri ini dan akhirnya meraih sabuk hitam.
"*Saya melihat Kempo bukan sekadar bela diri, tapi juga alat untuk membentuk karakter,*" ujarnya dalam sebuah wawancara.
Mendirikan Perkemi NTT
Pulang ke NTT, Sensei Barnabas bertekad mengembangkan Shorinji Kempo. Pada 1978, ia mendirikan Pengprov Perkemi NTT, yang menjadi cikal bakal berkembangnya Kempo di provinsi ini.
Awalnya, latihan dilakukan di lapangan terbuka atau aula sederhana. Namun, antusiasme masyarakat—terutama pemuda—ternyata tinggi. Perlahan, dojo-dojo bermunculan, salah satunya di Dojo SD GMIT Airnona 1.
---
Dojo SD GMIT Airnona 1: Tempat Biji-Biji Kempo Bertumbuh
Dojo di SD GMIT Airnona 1 mungkin tak seluas dojo di kota besar, tapi energi dan semangat para kenshinya tak kalah menggelora. Didirikan pada 2017, dojo ini menjadi salah satu pusat latihan Shorinji Kempo yang sampai saat ini kenshinya masih aktif di berbagai event baik ujian kenaikan tingkat hingga kejuaraan antar dojo di Kupang dan event nasional lainnya.
Prestasi Murid Dojo Airnona
Meski sederhana, dojo ini sudah melahirkan atlet berprestasi. Pada Popnas misalnya dua orang kenshi dari Dojo SD Gmit Airnona 1 berhasil meraih medali dua medali emas dan satu perak di kategori embu.
"Ini bukti bahwa talenta olahraga di NTT, termasuk di daerah kecil seperti Airnona, punya potensi besar,*" kata Barnabas bangga.
---
Dampak Sosial Shorinji Kempo di Airnona
Tak sekadar bela diri, Shorinji Kempo memberi dampak nyata bagi masyarakat Airnona:
1. Mengurangi Tawuran Remaja
Sebelum dojo berdiri, banyak pelajar yang menghabiskan waktu hanya dengan bermain tanpa arah dan tujuan. Kini, energi muda dialihkan ke latihan Kempo.
2. Membangun Karakter Disiplin
Latihan rutin dan filosofi Kempo mengajarkan nilai-nilai seperti hormat, pantang menyerah, dan kerja sama.
3. Memperkenalkan NTT di Kancah Nasional
Prestasi atlet NTT di kejuaraan nasional membuat nama provinsi ini semakin dikenal.
---
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski berkembang, ada sejumlah tantangan:
- Minimnya Dana: Dojo masih kekurangan peralatan.
- Keterbatasan Pelatih: Hanya sedikit pelatih bersertifikat di NTT.
Namun, optimisme tetap tinggi. "Kempo sudah menjadi bagian dari budaya kami. Kami yakin akan terus tumbuh," kata Barnabas.
---
Penutup
Dari Tadotsu ke Airnona, Shorinji Kempo membuktikan bahwa olahraga bukan sekadar fisik, tapi juga tentang jiwa. Berkat dedikasi Sensei Barnabas nDjurumana dan komunitas lokal, bela diri ini kini hidup dan bernafas di Kelurahan Airnona—menjadi simbol semangat pantang menyerah masyarakat NTT.
"Separuh untuk diri sendiri, separuh untuk orang lain"—filosofi inilah yang mungkin membuat Kempo tetap relevan dari masa ke masa.
---
0 Komentar